Erwan Fajari Travel Photographer

Borondong Garing


Akhirnya saya menulis juga tentang Borondong ini, ingat bukan Brondong tua yang judul lagu dangdut itu tapi ini makanan tradisional khas pasundan hehe. Dulu inget waktu masih pelajar sering ditagih borondong sama dosen di kampus, semenjak itu saya barulah mengenal borondong. padahal borondong ini makanan tradisional khas Majalaya kampung saya (tapi ini belum ada bukti loh klo borondong ini asal muasalnya dari Majalaya). Dari penasaran dan keingintahuan, lalu saya mencari borondong ini di pasar Majalaya (biasanya suka ada di pasar yang jualan), ternyata sudah jarang yg menjual borondong ini. Menurut saya sih mungkin tergesernya makanan ini karena konsumennya berkurang  dan banyaknya makanan yang lebih  (sok tau hehe). Sungguh disayangkan apabila tidak ada yang melestarikan makanan tradisional ini.

Mencari informasi dari teman tentang keberadaan borondong ini, akhirnya masih ada pembuat borondong tapi bukan di Kecamatan Majalaya melainkan di Kecamatan Ibun. Dikediaman rumahnya Ma Erah (alm), di Kp. Sangkan Rt.02 Rw. 02 Desa Laksana Kec. Ibun Kabupaten Bandung, Jawa barat.




Borondong Madu Rasa Ma Erah(alm)

Rumahnya Ma Erah (alm)


Borondong adalah salah satu makanan etnik khas pasundan yang terbuat dari gabah ketan yang diolah dan dicampur gula, kemudian dicetak menggunakan batok kelapa maka jadilah Borondong yang rasanya manis. Terdapat dua jenis yaitu Borondong Garing dan Borondong Enten.

Berdasarkan Sejarahnya belum ada yang tahu asal muasalnya makanan tradisional ini saya sendiri bertanya kepada Pak Cucu Supriatna (pengelola Borondong Ma Erah) tentang sejarah dan apa makanan ini asli kecamatan Majalaya atau Kecamatan Ibun. Beliau hanya menjawab saya kurang begitu yakin mengenai asal mulanya Borondong ini, saya juga pelaku produsen hanya turun temurun dari nenek moyang keturunan saya.

Di kampung Sangkan sekitar tahun 1920-an sudah ada yang mulai membuat Borondong yaitu bernama Mu Enit, di Kampung Garung juga adiknya Mu Enit yaitu Mu Enil juga membuat Borondong tapi hanya sebatas untuk dimakan bersama teh hangat dan untuk keperluan dirumah saja.

Sekitar tahun 1940-an anaknya Mu Enit yaitu Bi Anah dan Bi Tarsih meneruskan Orangtuanya untuk membuat Borondong tidak saja keperluan sendiri tapi ada juga pesanan untuk hajatan dari daerah sekitar Desa Cibeet ( sekarang Desa Laksana).

Awal tahun 1950 an tetangga yang dekat dan yang suka membantu Bi Anah maupun Bi Tarsih yaitu Iming, Enang, Erah, Encoh dan Ioh. Mereka mulai merintis untuk membuat Borondong karena pesanan yang makin banyak.

Ma Erah (alm) Perintis Borondong di Kec Ibun sejak tahun 60an
Di tahun 1960 Ma Erah mulai membuat Borondong untuk dijual secara kecil-kecilan dengan model seadanya. Gabah ketan dari sawah sendiri, kayu bakar dari kebun sendiri dan gula dibeli secara kecil-kecilan juga serta pengerjaan nya jugadilakukan bersama anak dan suami.

Sekitar tahun 1970 an Borondong Ma Erah sudah banyak langganan baik sekitar pedesaan maupun luar kecamatan. Langganan biasanya memesan Borondong untuk hajatan, oleh-oleh dan ada juga yang menjualnya di warung- warung. Borondong buatan Me Erah ini semakin populer saja sehingga untuk menutupi pesanan awal tahun 1980 an Ma Erah menambah pekerja 5 orang yaitu tetangganya dan hingga kini Ma Erah mempunyai pekerja 10 orang disamping keluarganya.

Tanggal 14 Mei 2004, Borondongnya Ma Erah pernah memecahkan rekor MURI dengan membuat Gedung Sate dari Borondong yang menghabiskan gabah 2 ton, gula merah 800kg, gula putih 500kg dan kayu bakar 10M. Dengan membentuk bahan dengan ukuran 10cm x 20cm x 2 cm, bahan tersebut disusun rapih dibentuk menjadi Gedung Sate yang megah. Pemecah rekor tersebut atas kerja sama antara Bandung Cheff Association dan Dinas Indag Agro. Rekor MURI ini diadakan di Mall Istana Plaza Bandung. Pembuatan Borondong ini dikerjakan oleh mahasiswa dan mahasiswi Ariyanti Bandung. Peletakan Borondong pertama pada kerangka Gedung Sate oleh Bapak Presiden BEA. Dengan bangga juga Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia membuka acara dengan memotong untaian Borondong. Pemberian anugerah MURI (Museum Rekor Indonesia) ini diberikan kepada Ma Erah yang disaksikan oleh Bapak Camat Kecamatan Ibun dan Bapak Kepala Desa Laksana serta diliput oleh surat kabar maupun stasion televisi swasta.

Setelah menerima penghargaan MURI Kediaman rumahnya Ma Erah ini juga pernah di datengin oleh stasion tv (asal usul, si gudul), dan banyak juga mahasiswa-mahasiswi yang melakukan tugas akhir atau skripsi tentang Borondong. Tahun 2013 ini adanya bantuan dari PT. Pertamina terhadap pengrajin Borondong Ma Erah berupa mesin sangray (pengering) dan mesin oven. Bagus sekali sudah seharusnya ada bantuan dari pemerintah supaya Borondong ini semakin eksis. (pembuatan secara tradisional juga harus masih tetap ada ya, meskipun sekarang sudah ada mesin tapi pembuatan secara tradisional juga harus ada supaya anak cucu kita dapat melihat proses pembuatan secara tradisional)


Penghargaan dari MURI

Penghargaan dari Menteri Pemberdayaan Perempuan RI


Proses pembuatannya :
  • Mempersiapkan gabah ketannya secukupnya, dan masukkan ke dalam kendi dengan api yang besar dan di putar2 menggunakan alat berupa pengaduk supaya rata dan sesekali ditutup karena hal ini menimbulkan gabah tersebut menjadi mengembang (seperti jagung saja yang diubah menjadi popcron) proses ini biasa disebut disangray. Pekerjanya biasanya disebut tukang sangray.
Diaduk terus ya bu supaya merata matangnya hehe


penuh dengan kesabaran karena lumayan panas
Memindahkan hasil yang telah disangray

  • Proses kedua yaitu pemilihan, biasa disebut Tukang Pilih. Disini memilih hasil sangray yaitu gabah ketan yang tidak mengembang. Mungkin karena hanya menggunakan pengapiannya memakai kayu bakar jadi kurang merata hasilnya.
Sedang memilih gabah yang belum mengembang

  • Proses ke tiga yaitu mencairkan gula merah untuk dicampur dengan hasil gabah yang disangray tadi. Masukan gula merah kedalam wadah dengan api yang besar dan terus diaduk dan tidak boleh apinya padam karena nantinya bisa jadi karamel. Tukang pengaduk ini selain mengaduk gula merah dia juga kadang mengaduk gula putih. Adonan untuk Borondong Enten juga diaduknya disini.
Pengadukan adonan untuk Borondong Enten

Tetap semangat yah bu hehe


  • Proses ke empat yaitu pencetakan, Tukang catak ini begitu pandai (mungkin udah terbiasa :P), disini secara umum yang diproduksi bentuk hanya 2 bentuk yaitu bundar seperti bola dan pipih (bukan pipih sih yaa liat saja nanti di gambar yah ), dibentuk atau dicetak menggunakan batok kelapa loh, unik yah. kalau untuk hajatan biasanya dapet memilih kalau untuk bentuknya ada yang bentuk ikan, love, ada juga menyerupai buaya.
Sedang menyiram gabah yg telah disangray dengan gula merah


Mencampurkan gabah dengan gula merah

Inilah proses untuk bentuk nya yg pipih menggunakan cup kecil dan ditekan-tekan menggunakan kayu yang dibentuk

Inilah Borondong garing yang dibentuk dengan batok kelapa
Setelah udah dibentuk lalu dijemur diatas sinar matahari sampai benar-benar kering, kalau untuk pembuatan Borondong Enten prosesnya hampir sama tapi tidak ada pencetakan atau pembentukan. Pembuatannya hanya adonan yang telah diaduk tadi oleh tukang pengaduk di masukin ketumpukan gabah yang udah disangray lalu digoyang-goyangkan tumpukan tersebut dan jadilah Borondong Enten. untuk proses penjemuran lebih lama dibandingkan Borondong garing.


Seperti inilah proses pembuatan Borondong Enten

yang dpn Borondong Garing yang putih itu Borondong Enten



Kira-kira seperti iyulah proses pembuatan Borondong khas pasundan ini. Baik Borondong Garing maupun Borondong Enten sama saja sama-sama manis seperti saya hehe.


Saya pribadi sangat bangga ternyata makanan khas pasundan ini masih eksis meskipun menurut sejarah belum tau asal usul nya siapa yang membuat Borondong ini, soalnya Ma Erah juga awalnya pekerja kebun bakau dan karena membantu Bi Anah dan Bi Tarsih, jadilah Ma Erah juga sebagai pelaku pembuat Borondong ini, berdasarkan sejarah juga tidak menyatakan bahwa makanan ini berasal dari Majalaya atau Ibun. Meskipun belum ada sejarahnya tentang Borondong, marilah kita sebagai orang sunda lestarikan makanan tradisional ini, jangan biarkan suatu saat nanti Borondong ini hanya namanya saja.



Susunan Tim Borondong Madu Rasa :

Pengusaha Borondong
Ma Erah (alm)

Pimpinan
Yaya Juaria

Sekertaris
Cucu Supriatna

Tukang Cetak
Ibu Ade Nariah
Ibu Eungkar
Ibu Iis
Ibu Esih 
Ibuh Awat
Ibu Ae

Tukang Pilih
Ibu Atin
Ibu Iting
Ibu Rohaeti
Ibu Uwang

Tukang Sangray
Ibu Eras


Terimakasih kepada Bapak Cucu Supriatna selaku penerus usaha Borondong Ma Erah ini, yang telah membantu saya untuk mengexplore makanan tradisional ini. Masukan dari saya bentuk dan rasanya lebih bervariatif, ini untuk menjadikan Borondong ini tetap bertahan. Misalnya dari rasa ada yang rasa cokelat, strawberry, atau bisa juga membuat yang pedas dimana banyak sekali yang menyukai cemilan pedas di pasundan ini. Tapi tetap harus ada yang rasa tradisionalnya. Sukses Terus Borondong ! 


Follow @erwanfajari yah
Terimakasih atas kunjungannya






9 Responses so far.

  1. Lengkap bgt infonya.. trimakasih yah sudah memberikan informasi ini

  2. terimaksih, atas kepedulianya mempublish makanan tradisional borondong. sal sukses

  3. terimakasih atas infonya.
    keren keren saya jadi tertarik untuk membelinya

  4. mantappp nenek ku pahlawan ku hahahaha

  5. pembahasannya keren, saya merasa bangga jadi orang majalaya.

  6. makan borondong garing sambil denger lagu bimbo yg judulnya Borondong Garing.

    "oleh oleh priangan di lingkung gunung"
    "Majalaya soreang Banjaran Bandung"
    "Hate Jongjon lugina anu ngabantun"
    "Narik hate matak bungah nu dikintun"

    "..Borondong .. Borondong .. Borondong Garing "

  7. Nice info. Izin copas gambar brondongnya boleh?

  8. Izin share ya Pak, salah seorang yang mengaplikasikan borondong tersebut ke kerangka Gedung Satenya saat kuliah di Ariyanti waktu itu, terima kasih sudah mengupas topik ini. Sukses Selalu

Leave a Reply